Candi Borobudur. Salah satu contoh bentuk hasil akulturasi budaya peninggalan masa hindu-budha yang masih kokoh berdiri hingga sekarang adalah Candi Borobudur. Selain candi Borobudur sendiri, sebenarnya masih banyak candi sekitar borobudur yang juga merupakan peninggalan masa hindu-budha.
Kali ini, saya hanya akan membahas tentang Candi Borobudur yang memiliki keunikan di sisi bangunannya. Ternyata, bangunan candi borobudur merupakan hasil akulturasi budaya peninggalan masa hindu-budha dengan budaya asli Indonesia. Apa itu?
Apakah Candi Borobudur Termasuk Akulturasi Budaya?
Jawabannya adalah ya tentu saja. Jika kita lihat asal usul kebudayaannya, Candi Borobudur memiliki pengaruh kebudayaan dari Buddha India dan kebudayaa asli Indonesia.
Akulturasi adalah perpaduan 2 kebudayaan atau lebih yang terpadu menjadi budaya baru, tapi tidak menghilangkan kebudayaan asalnya. Jadi, candi borobudur yang tercampur 3 kebudayaan Buddha, India, dan Indonesia merupakan hasil akulturasi budaya.
Baca Juga :
Mengapa Candi Borobudur dikatakan hasil akulturasi 3 budaya?
Tidak banyak yang menyadari bahwa sebenarnya Bangunan Borobudur itu merupakan hasil akulturasi 3 budaya. Kebanyakan orang tahunya adalah bentuk candi ya seperti itu. Bangunan yang bertingkat-tingkat dan memiliki bangunan utama di puncaknya.
Namun, sebenarnya candi di Indonesia berbeda dengan candi yang berasal dari sumber kebudayaan itu muncul, yaitu negara India. Di India, di sana memiliki candi yang tidak bertingkat-tingkat sebagaimana di Indonesia.
Maka, candi di Indonesia sebenarnya hasil akulturasi dari 3 budaya, yaitu budaya Hindu, Buddha, dan budaya Indonesia sendiri.
Baca Juga : Bangunan Candi
Bagaimana Bentuk Akulturasi Budaya pada Bangunan Candi Borobudur?
Kamu pernah berkunjung ke Candi Borobudur? Jika kamu pergi ke Borobudur, kamu akan melihat bentuk bangunan yang menjulang ke atas secara berundak-undak (punden berundak). Di bagian atas terdapat bangunan candi yang terwakili oleh kebudayaan Buddha di India.
Jika kita lihat dari kebudayaannya, sebenarnya bangunan Borobudur tersebut terbagi menjadi punden berundak di bagian bawah, dan bangunan candi di bagian atas.
Pengertian Punden Berundak
Pada masa pra sejarah, punden berundak adalah salah satu hasil kebudayaan di zaman Batu Besar (Megalithikum). Punden berundak ini terbuat dari batu-batu persegi yang tersusun lebar di bagian bawah, lalu semakin ke atas semakin menyempit menyerupai bentuk piramida.
Punden berundak adalah bangunan tempat pemujaan roh leluhur pada masa kepercayaan animisme dan dinamisme di masyarakat awal Indonesia sebelum Hindu, Buddha dan Islam.
Maksud dari bangunan punden berundak ini adalah mereka masih menghormati para leluhur terdahulu meskipun sudah meninggal dunia tetap berada di puncak. Mereka menempatkan nenek moyang berada di puncak gunung atau bangunan.
Mengapa Terjadi Akulturasi pada Budaya Indonesia?
Nenek moyang Indonesia merupakan para pendatang yang berasal dari luar nusantara. Banyak teori yang menyatakan bahwa nenek moyang Indonesia berasal dari Yunan (China).
Dari daerah Yunan, mereka bermigrasi lewat jalut timur (laut) maupun jalur barat (darat). Maka ada nyanyian yang sering kita dengar “nenek moyangku seorang pelaut”. Hal tersebut sesuai dengan sejarah migrasi dari Yunan ke Nusantara melewati jalur laut.
Masyarakat yang bermigrasi dari Yunan ke Nusantara bernama Ras Melayu. Ras Melayu memiliki kebudayaan yang sudah mereka yakini. Salah satu kebudayaannya adalah punden berundak. Punden berundak masih berkaitan dengan kepercayaan terhadap roh nenek moyang mereka terdahulu.
Pada perkembangan selanjutnya, seiring waktu berjalan, daerah nusantara menjadi tempat singgah pedagang-pedagang yang berasal dari Mekah, China, dan India. Pedagang-pedagang dari luar tersebut membawa pengaruh kebudayaannya masing-masing.
Lambat laun, para pedagang khususnya dari India membawa pengaruh Hindu-Buddha ke Nusantara dengan kepercayaannya. Sehingga, banyak masyarakat yang mengikuti kepercayaan Hindu-Buddha.
Perubahan kepercayaan dari animisme – dinamisme menjadi Hindu – Buddha membawa perubahan dari berbagai sisi, termasuk dari sisi bangunannya. Kebudayaan animisme – dinamisme memiliki bangunan punden berundak. Lalu, terpengaruh bangunan Hindu – Buddha berupa candi. Maka terjadi akulturasi budaya antara punden berundak dengan candi. Sehingga terciptalah candi-candi di Indonesia, termasuk Candi Borobudur.
Candi borobudur merupakan salah satu bentuk hasil akulturasi budaya peninggalan masa hindu-budha di indonesia yang merupakan prototipe dari punden berundak.
Post a Comment